Jumat, 02 April 2010

pameran juga

KELOMPOK ANGKATAN, TAK CUMA MAKAN HATI BUNG!



Dalam sejarah seni rupa Indonesia telah muncul pelbagai kelompok yang lahir karena aksi "mengelompok" diri, seperti persagi, SIM,Pelukis Rakyat, Gabungan Pelukis Indonesia (GPL), Pelukis Indonesia Muda (PIM) atau yang tergabung dalam aksi kelompok seniman pada jalur sosio-politik, seperti lekra,lesbumi, LKN, dll. Sampai pada tahun 60 an dengan munculnya sanggar-sanggar (sanggar Bambu dan Sanggar Bumi Tarung) dan akhirnya sampai pada kelompok Seni Rupa Indonesia yang berbasis pada aksi mendobrak kemapanan seni rupa kala itu dengan melahirkan pameran gerakan Seni Rupa yang penuh polemik.

Apa yang diberikan oleh para mantan mahasiswa ISI Yogyakarta angkatan 2001 yang sedang berpameran di Gallery Seni Taman Budaya Yogyakarta Jln. Sri Wedani 1 Yogyakarta, yang digelar mulai tanggal 22 - 27 Maret 2010 ini mungkin tak bertujuan muluk seperti diatas. Dalam beberapa penelitian, wacana mengenai kelompok ini memang tidak sekedar eksis, tetapi bertujuan untuk merekrut kembali rasa pertemanan, meraih suasana "masa pembelajaran" di kampus, reuni seni. Selain itu tujuan pameran ini adalah untuk mengukur kemampuan individu dengan membandingkan prestasi "rata-rata kelas". Siapa yang rangking pertama atau yang maju sebagai pioneeer? Siapa yang menjadi bian keributan atau memberi berita yan mencengangkan di kemudian hari? Atau siapa yan kemudian beralih menjadi profesi baru dalam bidang lain yang bekerja diluar sebagai seniman? Untuk menemukan jawaban itu semua yaitu dengan menakar sebuah keberhasilan pameran kelompok yang diselenggarakan itu.

Dalam kelompok pameran angkatan 2001 ini telah hadir perupa yang mencuat dalam peta seni rupa Indonesia, seperti Made Wiguna Valasara, Achmad Sonirin, Aidi Yupri, Mulyo, Gunarso, Wayan Upadana, Yayat Lesmana, Choirudin, Lia Mareza, Cipto Purnomo sampai Giring Prihatyasmono dan Doni paul. Mereka disatukan dalam konsep karya yang sama sekali berjauhan. Mereka membawa visi dan misi yang berbeda ke dalam ruang yang sama.Jadi catatan penting dalam pameran ini secara konseptual mereka bertarung satu sama lain. Hal ini berbeda sekali dengan konsep dan esensi berkelompok dalam arti yang sesungguhnya.

Oleh sabab itu pekerjaaan menggagas pameran semacam ini bakal memakan hati pada pengelolanya. Sungguh ini bukan upaya untuk merongrong kebersatuan yang sedang mengadakan pameran, tetapi peserta pameran ini adalah orang yang sedang terjebak dalam sebuah kolosium yang akan ditonton oleh publik dan diuji oleh keadaan. Sama telanjang, tetapi memiliki kelamin yang berbeda dan beberapa diantaranya harus mati didalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar